Revolusi Industri 4.0 kini menjadi perbincangan banyak pihak. pemerintah, industri dan perusahaan mengerahkan segala persiapan untuk menghadapinya.
Apasih Revolusi Industri 4.0?
Revolusi Industri 4.0 adalah, bagaimana teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, kendaraan otonom dan internet saling mempengaruhi kehidupan manusia.
Ketua Eksekutif WEF di Jenewa, Klaus Schwab adalah sosok yang pertama kali mengemukakan istilah itu kepada publik pada 2016 silam.
Schwab berpendapat, revolusi teknologi sedang berlangsung dan mengaburkan batas antara bidang fisik, digital dan biologis. Sederhananya, revolusi industri keempat akan mengacu pada bagaimana teknologi seperti kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), kendaraan otonom, dan internet saling memengaruhi kehidupan manusia.
Menurutnya, perubahan teknologi ini secara drastis akan mengubah cara individu, perusahaan, dan pemerintah bekerja yang pada akhirnya mengarah pada transformasi masyarakat yang serupa dengan revolusi industri sebelumnya.
Kepala Kebijakan Teknologi dan Kemitraan WEF, Zvika Krieger menyatakan ada tema umum pada masing-masing revolusi industri: penemuan teknologi spesifik yang mengubah masyarakat secara fundamental.
Revolusi industri pertama dimulai di Inggris sekitar tahun 1760 yang ditandai dengan penemuan besar yakni mesin uap. Mesin uap memungkinkan proses manufaktur baru, mengarah ke penciptaan pabrik.
Revolusi industri yang kedua diperkirakan datang seabad kemudian yang ditandai dengan produksi massal di industri-industri baru seperti baja, minyak dan listrik. Era tersebut juga ditandai dengan adanya sejumlah penemuan penting seperti bola lampu, telepon dan mesin pembakaran internal.
Selanjutnya, era Revolusi industri ketiga dimulai pada tahun 1960 yang ditandai dengan adanya penemuan semikonduktor, komputer pribadi dan internet.
Namun Krieger mengatakan, Revolusi industri keempat sedikit berbeda dari yang ketiga karena ada dua alasan: kesenjangan antara dunia digital, fisik dan biologis menyusut, dan teknologi berubah lebih cepat daripada sebelumnya.
Perusahaan, pemerintah, dan masyarakat saat ini tengah berjuang untuk mengikuti laju perubahan teknologi yang begitu cepat. Krieger, yang menjabat sebagai perwakilan pertama Departemen Luar Negeri AS untuk Silicon Valley dari 2016 hingga 2017 mengatakan, pembuat kebijakan sering kali mengabaikan perihal kemajuan teknologi yang berubah dengan cepat tersebut.
Akibatnya, perusahaan dibiarkan mengisi kekosongan dan mencoba memahami bagaimana mengimplementasikandan mengatur perkembangan teknologi seperti artificial intelligence.
Studi menunjukkan teknologi seperti kecerdasan buatan akan menghilangkan beberapa pekerjaan. Namun pada saat yang bersamaan, teknologi juga akan menciptakan peluang pekerjaan dan keterampilan baru. Beberapa ahli memperingatkan akan munculnya era di mana mereka yang keterampilan tinggi tinggi akan dihargai dengan upah tinggi, sementara pekerja lainnya tertinggal.
Discussion about this post